Sabtu, 15 Disember 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI MENGENAI ASI EKSKLUSIF



FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI MENGENAI ASI EKSKLUSIF
ABSTRAK
Latar belakang : ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal enam bulan (Roesli, 2008).
Hingga saat ini ASI masih merupakan gizi terbaik untuk bayi, karena komposisi zat zat gizi didalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan dan perkembangan pada kecerdasan bayi.

Tujuan penelitian : Mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan

Metode penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan Pemilihan sampel dilakukan dengan Total Sampling. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini dengan uji chi square.

Hasil Penelitian : secara statistik dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0.001 < α (0,05), nilai p tersebut ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu tentang MP ASI dengan pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan, nilai p (0.003 < α (0,05), nilai p tersebut menunjukkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan, nilai p (0.002 < α (0,05), jadi ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan dan didapatkan nilai p (0.001) < α (0,05) ada hubungan bermakna antara fakor sosal budaya pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan


Kesimpulan : Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan. Ada hubungan antara sosial budaya ibu dengan pemberian MP ASI pada bayi usia 0- 6 bulan.
Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan antara pendidikan dan pengetahuan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Tidak ada hubungan antara umur dan sikap dengan perilaku pemberian ASI ekslusif. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif maka disarankan untuk lebih meningkatkan kepedulian, penyuluhan dan peran serta masyarakat tentang ASI eksklusif, disamping itu untuk mempercepat peningkatan pemberian ASI eksklusif secara efektif maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar tercapai generasi yang sehat, cerdas dan kuat dikemudian hari. 


Saran : Diharapkan bagi orang tua yang memiliki bayi usia 0-6 bulan agar mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi dengan memberikan ASI saja guna meningkatkan kualitas gizi pada bayi.










A.    Latar belakang
ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulanbulan
pertama. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal enam bulan (Roesli, 2008 : 87). Hingga saat ini ASI masih merupakan gizi terbaik untuk bayi, karenaM komposisi zat-zat gizi didalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan dan perkembangan pada kecerdasan bayi. Selain itu, ASI juga mengandung zat imonologik yang membantu melindungi bayi dari infeksi dan serangan penyakit khususnya usia 4 sampai 6 bulan pertama sejak kelahiran bayi (Depkes RI, 2005 : 53). Suatu penelitian di Eropa menunjukkan anak-anak berusia 9,5 tahun yang mendapatkan ASI, memiliki IQ 12,9 poin lebih tinggi dari pada anak-anak yang tidak mendapat ASI. Sementara peran lain dari ASI yaitu soal EQ (kemampuan sosialisasi) anak, kedekatan dengan ibu waktu mendapat ASI dapat mempengaruhi dalam perkembangan emosi anak (Roesli, 2008: 87). ASI mengandung protein lebih dibanding Air Susu Sapi (ASS), protein ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan lebih mudah dicerna. ASI mengandung karbohidrat relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASS, karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah laktosa. Kadar lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi dan sumber vitamin yang larut dalam lemak. ASI juga mengandung mineral yang lengkap dan merupakan bahan pembentuk tulang, ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah aman (Soetjatiningsih, 2005: 98). Namun kenyataannya penggunaan ASI hingga saat ini belum menggembirakan. Berbagai studi dan pengamatan menunjukkan, bahwa dewasa ini terdapat kecenderungan penurunan pemberian ASI dan menggantikan pemberian ASI dengan susu fomula di masyarakat. Adanya kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam aktifitas kerja, peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan susu formula serta luasnya distribusi susu formula, dapat menjadi kecenderungan menurunnya kesediaan menyusui maupun lamanya menyusui baik dipedesaan maupun diperkotaan (Soetjiningsih, 2004: 102). Banyak orang tua menganggap bahwa kebutuhan nutrisi bayi tidak cukup hanya dengan ASI, sehingga bayi perlu dibantu dengan memberikan makanan pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping ASI berupa susu formula pada kalangan orang tua sudah menjadi hal yang biasa, dengan berbagai alasan yang diberikan seperti ASI yang keluar sedikit, kesibukan ibu, kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI, hemat waktu, tergiur dengan kandungan susu formula yang ditawarkan. Kebanyakan orang tua menilai pemberian susu formula hamper setara dengan ASI dan dapat mencukupi kebutuhan gizi bayinya.

B.    Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti mengajukan rumusan   masalah yaitu “Beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan.





C.     Tujuan
Tujuan khusus :
1) Mengetahui gambaran pemberian MP ASI pada bayi 0-6 bulan
2) Mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 0- 6 bulan
3) Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 0-6 bulan
4) Mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 0-6 bulan
5) Mengetahui hubungan faktor sosial budaya dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi 0- 6 bulan.

D.    Manfaat
Ø Bagi peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang di peroleh dalam perkuliahan khususnya dalam bidang peneliti serta memberi bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lanjut yang serupa.

Ø Bagi bayi
Dapat membantu kekebalan tubuh bayi, serta dapat meningkatkan perkembangan otak dan tumbuh kembang bayi.




    E . Tinjauan Pustaka
Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan optimal menurut Williams (2006), menyebutkan ASI mengandung sedikitnya 100 macam zat yang tidak terdapat dalam susu formula. Pemberian ASI eksklusif dari berbagai segi akan sangat menguntungkan. Selain bagi bayi juga bagi ibu. Lebih dari itu dari sudut pandang psikologis, ASI adalah sarana pendekatan hubungan ibu dan bayi yang paling efektif. Dampak yang muncul dari tidak diberikannya ASI eksklusif pada bayi atau ASI parsial adalah menurunnya imunitas bayi.

F.     Metodologi
 Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabelvariabel baik bebas maupun terikat. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu pendekatan penelitian pada variabelvariabel yang diobservasi sekaligus dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002 : 82).

Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002). Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas dan ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan .

Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2004 : 132). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total populasi. Menurut Arikunto (2004 : 198), apabila jumlah sampel kurang dari 100 maka sebaiknya diambil semua. Jadi peneliti mengambil sampel sejumlah populasi yang ada yaitu sebanyak 37 ibu nifas dan ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan.

Tehnik Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data atau materi yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsungnya penelitian adalah kuesioner yang disebarkan kepada responden untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN GIZI BURUK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN GIZI BURUK

ABSTRAK
Latar Belakang : Gizi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan kualitas sumber daya manusia. Balita merupakan kelompok rawan gizi. Diusia ini pertumbuhan otak masih berlangsung cepat. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi. Prevalensi gizi kurang di Kecamatan sejumlah 19,33% dari 150 balita. Desa Ngempak memiliki prevalensi gizi kurang sebesar 26,67%.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita dengan indikator BB/U di Desa Kecamatan Kabupaten.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Korelasional, karena mencari hubungan dua variabel yang kemudian dicari koefisien korelasinya, dengan desain cross-sectional. Sampel adalah semua anak balita yang dalam keadaan sehat atau tidak menderita penyakit dalam 1 bulan terakhir dan berada di wilayah Desa, Kecamatan, Kabupaten (Total Sampling) yang melakukan kunjungan posyandu pada tanggal 5-9 Juli 2009. Teknik pengambilan sampel adalah teknik Accidental Sampling. Sehingga didapatkan 74 sampel anak balita dan 74 sampel ibu anak balita.
Hasil penelitian : menunjukkan bahwa sampel ibu balita yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 44 orang (59,46%), sedang sebanyak 21 orang (28,38%), dan rendah sebanyak 9 orang (12,16%). Hampir seluruh sampel dari anak balita memiliki status gizi baik yakni 63 balita (85,14%), kurang 8 balita (10,81%), lebih 2 balita (2,70%), dan buruk hanya 1 balita (1,35%). Berdasar uji statistik korelasi Kendall Tau menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi anak balita yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,009 (p<0,05).
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi anak balita.
Kata Kunci : Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Anak Balita.

A.    Latar Belakang
Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga yang mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat yang optimal. Salah satu tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rencana aksi pangan dan gizi Nasional 2004 – 2010 adalah mengurangi gizi kurang pada balita. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masa mendatang. Salah satu dampak gizi buruk pada balita adalah menurunnya tingkat kecerdasan/IQ.
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial (Depkes, 2000). Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut maka akan semakin besar kemungkinan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein) (Moehji, 2003).
Keadaan gizi buruk biasa disebabkan karena ketidaktahuan ibu mengenai tatacara pemberian ASI dan MP ASI yang baik kepada anaknya sehingga asupan gizi pada anak kurang. Namun, kejadian gizi buruk pada anak balita ini dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan anak (Moehji, 1992). Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 1997). Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terj adinya gangguan gizi (Suhardj o, 1992).
Hasil PSG (Pemantauan Status Gizi) Propinsi Jawa Tengah tahun 2006, dari 373,120 balita yang diukur terdapat balita KEP 50.861 (13,63%). (Din Kes Prop. Jateng tahun 2006). Sedangkan hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007 Kabupaten Karanganyar dari 3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), sedang untuk Kecamatan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk Desa dari 30 balita yang diukur terdapat 8 balita KEP (26,67%) (Laporan Hasil PSG Puskesmas).
Target total KEP Nasional tahun 2007 adalah 15 %, Demikian pula dengan target KEP Provinsi Jawa Tengah (Laporan Hasil Rencana Strategi Program Gizi Jawa Tengah Tahun 2004–2010). Kasus KEP yang terjadi di Desa berada jauh diatas target yang diharapkan, hal ini disebabkan kebanyakan balita memiliki orang tua yang bekerja sedang pengasuh balita tersebut tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi balita itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi anak balita dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U) di Desa Kecamatan Kabupaten.

B. Perumusan Masalah
1.    Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masa mendatang.
2.    Hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007 Kabupaten Karanganyar dari 3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), sedang untuk Kecamatan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk Desa dari 30 balita yang diukur terdapat 8 balita KEP (26,67%).
3.    Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terj adinya gangguan gizi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah : ”Adakah hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita.

2. Tujuan Khusus
a.    Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.
b.    Mendeskripsikan status gizi anak balita.
c.    Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita.

D. Manfaat
Ø Bagi peneliti
 mengetahui permasalahan gizi balita sehingga bisa memberikan informasi pada ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI sesuai umur.
Ø Bagi ibu
 memperoleh gambaran dan informasi mengenai makanan sehat bagi anak balitanya.

Ø Bagi petugas kesehatan
sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan KIE masalah gizi balita.
Ø  Bagi pemerintah daerah setempat
 sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan dalam penanganan masalah gizi balita.
Ø Bagi institusi pendidikan
sebagai bahan masukan untuk menambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta pembaca pada umumnya tentang gizi balita.

E. Tinjauan pustaka
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck. 2000 : 1).
Dengan makanan bergizi, tubuh manusia tumbuh dan dipelihara. Semua organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit dan rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai untuk pekerjaan tubuh.


F. Metodologi
Jenis penelitian ini adalah survey analitik  dengan menggunakan  pendekatan  ”Cross  Sectional Study”. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu hamil di Puskesmas KassiKassi sebanyak 228 orang Sampel pada  penelitian ini adalah semua ibu hamil yang  memeriksakan kehamilannya di puskesmas  Kassi-Kassi sebesar 51 orang. Pengambilan
sampel menggunakan  metode purposive  sampling  dengan kriteria ibu hamil yang  memeriksakan kadar Hb-nya, rutin  memeriksakan kehamilan, dan bersedia menjadi  responden.
Data yang dikumpulkan adalah data  primer dan data sekunder. Data primer yaitu  pengetahuan ibu hamil dilakukan dengan cara  pemberian kuesioner dan pola makan yang  diukur dengan formulir  food frequency.
Sedangkan data sekunder meliputi kadar Hb dan  umur ibu hamil. Pengolahan data dilakukan  dengan program SPSS. Analisis data dilakukan
untuk menguji hipotesis dengan menggunakan  metode Uji  Chi-Square  dan disajikan dalam  bentuk tabel dan narasi.




HASIL  PENELITIAN
Karakteristik Variabel Penelitian  Tingkat pendidikan ibu sebagian
besar tamat SLTA sebesar 55%. Jenis  pekerjaan lebih banyak ibu rumah tangga  sebesar 80%. Kejadian anemia lebih banyak  pada sebesar 47% dibanding ibu hamil yang  tidak anemia. Pengetahuan ibu sebagian besar  kurang sebanyak 65% dan pola konsumsi  sebagian besar kurang sebanyak 55%.