HUBUNGAN
ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN GIZI BURUK
ABSTRAK
Latar Belakang : Gizi merupakan salah satu faktor
penting untuk menentukan kualitas sumber daya manusia. Balita merupakan
kelompok rawan gizi. Diusia ini pertumbuhan otak masih berlangsung cepat.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan
menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu
penyebab terjadinya gangguan gizi. Prevalensi gizi kurang di Kecamatan sejumlah
19,33% dari 150 balita. Desa Ngempak memiliki prevalensi gizi kurang sebesar
26,67%.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita dengan indikator BB/U di
Desa Kecamatan Kabupaten.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian
Analitik Korelasional, karena mencari hubungan dua variabel yang kemudian
dicari koefisien korelasinya, dengan desain cross-sectional. Sampel adalah
semua anak balita yang dalam keadaan sehat atau tidak menderita penyakit dalam
1 bulan terakhir dan berada di wilayah Desa, Kecamatan, Kabupaten (Total
Sampling) yang melakukan kunjungan posyandu pada tanggal 5-9 Juli 2009. Teknik
pengambilan sampel adalah teknik Accidental Sampling. Sehingga didapatkan 74
sampel anak balita dan 74 sampel ibu anak balita.
Hasil penelitian : menunjukkan bahwa sampel ibu balita
yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 44 orang (59,46%), sedang
sebanyak 21 orang (28,38%), dan rendah sebanyak 9 orang (12,16%). Hampir
seluruh sampel dari anak balita memiliki status gizi baik yakni 63 balita
(85,14%), kurang 8 balita (10,81%), lebih 2 balita (2,70%), dan buruk hanya 1
balita (1,35%). Berdasar uji statistik korelasi Kendall Tau menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan status
gizi anak balita yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,009 (p<0,05).
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan tentang gizi dengan status gizi anak
balita.
Kata Kunci : Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Anak Balita.
Kata Kunci : Pengetahuan Gizi, Status Gizi, Anak Balita.
A. Latar Belakang
Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga yang mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat yang optimal. Salah satu tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rencana aksi pangan dan gizi Nasional 2004 – 2010 adalah mengurangi gizi kurang pada balita. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masa mendatang. Salah satu dampak gizi buruk pada balita adalah menurunnya tingkat kecerdasan/IQ.
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial (Depkes, 2000). Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut maka akan semakin besar kemungkinan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein) (Moehji, 2003).
Keadaan gizi buruk biasa disebabkan karena ketidaktahuan ibu mengenai tatacara pemberian ASI dan MP ASI yang baik kepada anaknya sehingga asupan gizi pada anak kurang. Namun, kejadian gizi buruk pada anak balita ini dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan anak (Moehji, 1992). Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 1997). Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terj adinya gangguan gizi (Suhardj o, 1992).
Hasil PSG (Pemantauan Status Gizi) Propinsi Jawa Tengah tahun 2006, dari 373,120 balita yang diukur terdapat balita KEP 50.861 (13,63%). (Din Kes Prop. Jateng tahun 2006). Sedangkan hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007 Kabupaten Karanganyar dari 3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), sedang untuk Kecamatan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk Desa dari 30 balita yang diukur terdapat 8 balita KEP (26,67%) (Laporan Hasil PSG Puskesmas).
Target total KEP Nasional tahun 2007 adalah 15 %, Demikian pula dengan target KEP Provinsi Jawa Tengah (Laporan Hasil Rencana Strategi Program Gizi Jawa Tengah Tahun 2004–2010). Kasus KEP yang terjadi di Desa berada jauh diatas target yang diharapkan, hal ini disebabkan kebanyakan balita memiliki orang tua yang bekerja sedang pengasuh balita tersebut tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi balita itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi anak balita dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U) di Desa Kecamatan Kabupaten.
Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga yang mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat yang optimal. Salah satu tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rencana aksi pangan dan gizi Nasional 2004 – 2010 adalah mengurangi gizi kurang pada balita. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masa mendatang. Salah satu dampak gizi buruk pada balita adalah menurunnya tingkat kecerdasan/IQ.
Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial (Depkes, 2000). Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut maka akan semakin besar kemungkinan anak menderita KEP (Kurang Energi Protein) (Moehji, 2003).
Keadaan gizi buruk biasa disebabkan karena ketidaktahuan ibu mengenai tatacara pemberian ASI dan MP ASI yang baik kepada anaknya sehingga asupan gizi pada anak kurang. Namun, kejadian gizi buruk pada anak balita ini dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan anak (Moehji, 1992). Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya (Notoatmodjo, 1997). Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terj adinya gangguan gizi (Suhardj o, 1992).
Hasil PSG (Pemantauan Status Gizi) Propinsi Jawa Tengah tahun 2006, dari 373,120 balita yang diukur terdapat balita KEP 50.861 (13,63%). (Din Kes Prop. Jateng tahun 2006). Sedangkan hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007 Kabupaten Karanganyar dari 3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), sedang untuk Kecamatan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk Desa dari 30 balita yang diukur terdapat 8 balita KEP (26,67%) (Laporan Hasil PSG Puskesmas).
Target total KEP Nasional tahun 2007 adalah 15 %, Demikian pula dengan target KEP Provinsi Jawa Tengah (Laporan Hasil Rencana Strategi Program Gizi Jawa Tengah Tahun 2004–2010). Kasus KEP yang terjadi di Desa berada jauh diatas target yang diharapkan, hal ini disebabkan kebanyakan balita memiliki orang tua yang bekerja sedang pengasuh balita tersebut tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai gizi balita itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi anak balita dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U) di Desa Kecamatan Kabupaten.
B. Perumusan Masalah
1. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masa mendatang.
2. Hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007 Kabupaten Karanganyar dari 3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), sedang untuk Kecamatan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk Desa dari 30 balita yang diukur terdapat 8 balita KEP (26,67%).
3. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terj adinya gangguan gizi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah : ”Adakah hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita?”
C. Tujuan Penelitian
1. Status gizi balita merupakan gambaran dari status gizi masyarakat. Rendahnya status gizi balita akan menjadi masalah pada sumber daya manusia di masa mendatang.
2. Hasil PSG dengan indeks BB/U tahun 2007 Kabupaten Karanganyar dari 3630 balita yang diukur terdapat balita KEP 605 (16,67%), sedang untuk Kecamatan dari 150 balita yang diukur terdapat 29 balita KEP (19,33%) dan untuk Desa dari 30 balita yang diukur terdapat 8 balita KEP (26,67%).
3. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terj adinya gangguan gizi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas masalah yang dapat dirumuskan adalah : ”Adakah hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita.
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.
b. Mendeskripsikan status gizi anak balita.
c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita.
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi.
b. Mendeskripsikan status gizi anak balita.
c. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak balita.
D. Manfaat
Ø Bagi peneliti
mengetahui
permasalahan gizi balita sehingga bisa memberikan informasi pada ibu dalam
pemberian makanan pendamping ASI sesuai umur.
Ø Bagi ibu
memperoleh
gambaran dan informasi mengenai makanan sehat bagi anak balitanya.
Ø Bagi petugas kesehatan
sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan KIE masalah
gizi balita.
Ø Bagi pemerintah daerah setempat
sebagai bahan
masukan untuk menentukan kebijakan dalam penanganan masalah gizi balita.
Ø Bagi institusi pendidikan
sebagai bahan masukan untuk menambah bahan pustaka
serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa serta pembaca pada umumnya
tentang gizi balita.
E. Tinjauan pustaka
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan
nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak.
Status gizi juga didefinisikan sebagai status
kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data
antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck. 2000 : 1).
Dengan makanan bergizi, tubuh
manusia tumbuh dan dipelihara. Semua
organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Bagian tubuh yang rusak diganti. Kulit
dan rambut terus berganti, sel – sel tubuh terus bertumbuh. Sel-sel tubuh
memasak dan mengolah zat makanan yang masak agar zat makanan dapat dipakai
untuk pekerjaan tubuh.
F. Metodologi
Jenis penelitian ini adalah survey analitik
dengan menggunakan pendekatan
”Cross Sectional Study”. Populasi
dalam penelitian ini
adalah semua ibu hamil di Puskesmas
KassiKassi sebanyak 228 orang Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di puskesmas Kassi-Kassi sebesar 51 orang. Pengambilan
sampel menggunakan metode purposive sampling
dengan kriteria ibu hamil yang memeriksakan
kadar Hb-nya, rutin memeriksakan
kehamilan, dan bersedia menjadi responden.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu pengetahuan ibu hamil dilakukan dengan cara pemberian kuesioner dan pola makan yang diukur dengan formulir food frequency.
Sedangkan data sekunder meliputi
kadar Hb dan umur ibu hamil. Pengolahan
data dilakukan dengan program SPSS.
Analisis data dilakukan
untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan metode Uji Chi-Square
dan disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Variabel Penelitian Tingkat pendidikan ibu sebagian
besar tamat SLTA sebesar 55%. Jenis pekerjaan lebih banyak ibu rumah tangga sebesar 80%. Kejadian anemia lebih banyak pada sebesar 47% dibanding ibu hamil yang tidak anemia. Pengetahuan ibu sebagian besar kurang sebanyak 65% dan pola konsumsi sebagian besar kurang sebanyak 55%.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan